PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI 
IKAN NAPOLEON (Cheilinus sp)



  Ikan hias laut merupakan salah satu komoditas sumberdaya kelautan yang kurang mendapat perhatian tentang pengembangan budidayanya. Padahal dari jenis ikan laut yang ada, di antaranya terdapat ikan hias laut yang mempunyai nilai jual yang tinggi di pasaran internasional misalnya clown fish (Amphiprion ocellaris) dan cardinal banggai (Pterapogon kauderni). Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk dapat memahami betapa pentingnya sumberdaya laut ini dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan hiburan (rekreasi, keindahan), kehadiran ikan hias yang beraneka ragam bentuk dan warnanya di akuarium ruang keluarga atau perkantoran, bagi sebagian orang telah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Hasil survai yang telah dilakukan ke beberapa showroom ikan hias maupun pra pedagang eceran, dapat diambil kesimpulan bahwa kini telah menjadi tren bahwa masyarakat lebih banyak memelihara ikan hias air tawar dibandingkan dengan ikan hias laut.

A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)

Menurut Ruppell (1835) dalam Direktorat KKJI (2012), Direktorat Jenderal KP3K, ikan Napoleon diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom :Animalia
Phylum :Chordata
Class :Osteichthyes
Order :Perciformes
Family :Labridae
Genus :Cheilinus
Species :Cheilinus undulatus
Nama Inggris :Napoleon Wrasse,Humphead Wrasse, Napoleon fish, Maori Wrasse 
Nama Lokal :Ikan Napoleon, Ketipas, Siomei.



       Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) adalah salah satu jenis ikan yang mempunyai bentuk unik dan hidup di perairan tropis dibanyak negara menyebabkan ikan ini memiliki nama yang berbeda antar satu negara atau daerah. Jenis Cheilinus undulatus ini pertama kali didiskripsikan oleh Ruppell, pada tahun 1835. Di Indonesia, ikan napoleon juga memiliki banyak nama lokal yang berbeda antara satu daerah dan lainnya. Masyarakat di Kepulauan Natuna dan sekitarnya menamai ikan ini ikan Mengkait atau Ketipas. Di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta dan Sulawesi ikan ini dinamai ikan Maming (seperti di Philipina). Di wilayah Bangka dan Belitung ikan ini diberi nama ikan Siomay (Seperti di China). Di Kepulauan Derawan ikan ini dikenal dengan nama lokal Bele-bele. Di Kepulauan Karimun Jawa ikan ini dinamai ikan Lemak, sedangkan di Nunukan dan Tawau ikan ini dinamai ikan Licin(KKJI, 2012).

      Ciri khas ikan napoleon adalah mempunyai dua garis diagonal berwarna biru atau kehitaman di belakang matanya dan dua lagi agak miring menghadap ke arah bagian paling atas bibir. Pada ikan dewasa memiliki tonjolan dibagian dahinya yang akan semakin menonjol seiring dengan bertambahnya usia, dan memiliki bibir yang padat dan tebal dengan sepasang gigi yang keras. Ikan betina berwarna ke abu-abuan, merah atau coklat yang pudar, wajahnya mempunyai guratan-guratan unik. Guratan-guratan tersebut berwarna krem (kuning susu) yang saling tumpang tindih pada bagian atas mulut, kemudian meluas ke atas badan dan seberang ujung sirip dada. Badannya berwarna hijau cerah dan di bagian ekornya berwarna ke biru-biruan. Sisik badan sangat besar, ditepi sisik-sisiknya terdapat garis vertikal berwarna krem kehitaman. Ikan jantan cenderung berwarna hijau terang atau ke biru-biruan dengan pola garis-garis berlekuk di bagian kepala dan bagian depan dari tubuhnya (Yudana, 2009).

B. Habitat dan Penyebaran Ikan Napoleon
    Ikan napoleon memiliki dua habitat yang berbeda sesuai dengan fase usia ikan ini. Perbedaan tersebut lebih kepada masalah dangkal atau dalamnya perairan tempat tinggal atau habitat ikan tersebut. Sepanjang hidup ikan napoleon mulai dari penetasan, juvenil hingga dewasa, selalu berasosiasi dengan terumbu karang atau di habitat- habitat yang berdekatan terumbu karang, seperti padang lamun (seagrass beds) dan mangrove. 

     Ikan napoleon yang berusia muda (juvenile) hidup pada kedalaman ± 2-3 meter. Benih-benih ikan tersebut hidup di paparan terumbu yang dipenuhi oleh karang keras (hardcoral) dari genus Acropora dan Porites dan karang lunak (soft coral) dari jenis Sacrophyton spserta tumbuhan laut lainnya seperti algae(macroalgae) dan lamun (seagrass) dari jenis Enhalus acoroides. Benih-benih ikan tersebut berasosiasi dengan karang bercabang (branching coral) dari marga Acropora yang dijadikan habitat pada bagian bawah atau pangkal cabang yang di tumbuhi macroalgae. Macroalgae yang disukai oleh benih ikan napoleon adalah dari genus Turbinaria. Juvenil yang berukuran 3- 20 cm atau lebih dijumpai di daerah terumbu di dalam goba (mendiami daerah goba) dengan karang yang subur (inner reef), terutama dari karang bertanduk dan Acropora spp, perairan yang keruh di terumbu karang, perairan dangkal berpasir dekat goba dan daerah mangrove yang berdekatan dengan terumbu karang. 

    Berbeda dengan anakan, induk atau ikan napoleon dewasa umumnya hidup pada tempat-tempat yang dalam, mereka menyukai hidup di tepi lereng terumbu yang curam (outer reef slopes) pada kedalaman 1-60 m atau di tebing-tebing karang (reefs drop-offs), dengan kedalaman sampai lebih dari 100 meter. Ikan napoleon juga menyukai hidup di perairan yang berarus kuat dan sedikit bergelombang dengan habitat yang memiliki batu vulkanik yang ditumbuhi biota karang. Susunan batu-batu vulkanik tersebut membentuk rongga- rongga yang menyerupai goa-goa kecil di bawah laut. Goa-goa batu tersebut merupakan tempat ikan napoleon dewasa bersembunyi jika dalam keadaan terancam. 

    Secara umum dapat disampaikan bahwa ikan napoleon dapat hidup di perairan dengan kondisi karang yang cukup baik, dengan tutupan karang hidup berkisar antara 50 sampai 70 % dan kecerahan (visibilitas) ±15 hingga 20 meter. Ikan napoleon biasa hidup pada lereng-lereng terumbu, dimana rataan dibawahnya banyak dijumpai gorgonian dari kelompok akar bahar (Rumpella sp.) dan cambuk laut (Juncella sp.) (KKJI, 2012). Secara garis besar, kepadatan ikan napoleon sangat berkaitan erat dengan persentase tutupan karang, sementara ukuran ikan berbanding terbalik dengan tutupan karang (ikan yang berukuran kecil berlimpah di wilyah terumbu karang dengan persentase tutupan karang yang tinggi (Sadovy et al 2003). Ikan ini dijumpai hidup soliter , berpasangan jantan-betina atau dalam kelompok kecil antara 2-7 ekor (Donaldson, 1995 dan Donaldson & Sadovy, 2001).

C. Sifat dan Tingkah Laku
    Terlepas dari ukuran besar atau kecil, secara alami ikan Napoleon adalah ikan yang pemalu. Ikan Napoleon sangat hati-hati atau curiga terhadap semua mahluk yang ada disekitarnya, terutama manusia. Kecuali pada musim pemijahan, ikan ini lebih banyak menyendiri atau hidup dalam kelompok sosial yang kecil. Ikan Napoleon dapat diketemukan pada siang hari di paparan terumbu karang. Pada malam hari umumnya ikan Napoleon beristirahat di goa-goa karang dan dibawah bongkahan-bongkahan karang. 

     Ikan Napoleon bersifat diurnal. Ikan ini mencari makan pada siang hari, sedangkan pada malam hari akan beristirahat di goa atau celah-celah batu sebagai tempat tinggalnya (Thaman, 1998; Lieske and Myers, 2001).Wilayah jelajah (home range) ikan napoleon yang berukuran besar diperkirakan 1 km, sedangkan ikan-ikan yang berukuran kecil sebagai anggota dari kelompoknya umumnya hanya memanfaatkan sebagian dari daerah toritorial ikan napoleon yang besar (Sadovy et al, 2003). Data yang dikumpulkan berdasarkan survey dan monitoring ikan napoleon di perairan Indonesia pada tahun 2009-2010 memastikan bahwa adalah benar ikan napoleon hidup dalam kelompok kecil di habitatnya, pada perairan yang intensitas penangkapannya tinggi, ikan napoleon sudah jarang ditemukan dan paling banyak hanya 1 ekor per hektar dengan ukuran sedang.

D. Makanan

    Ikan napoleon merupakan posisi tertinggi dalam rantai makanan. Ikan ini merupakan predator opportunis, dengan makanan utamanya adalah kerang-kerangan (moluska) dan beberapa jenis invertebrata lainnya seperti kepiting (krustacea), bulu babi dan bintang laut (ekinodermata), belut laut (morays) dan ikan-ikan kecillainnya yang ada di dasar laut, seperti ikan goby (Myers, 1991). 

    Ikan adalah salah satu dari beberapa predator yang memakan hewan laut yang beracun, seperti ikan buntel (boxfish, Ograciidoe) dan sea hare (Aplysia) (Randall et al., 1978). Sebagai hewan yang menempati posisi tertinggi dalam pola rantai makanan, ikan napoleon memegang peranan yang cukup penting dalam menjaga keseimbangan pada ekosistem karang. lkan napoleon adalah salah satu pemangsa bintang laut mahkota (Acanthaster planci), suatu jenis hewan laut yang suka memakan polyp karang dan merusak karang (KKJI, 2012). 

    Cara makan ikan ini yaitu dengan membongkar karang mati dengan gigi besarnya untuk mencari siput dan cacing-cacingan yang terkubur. Mereka gemar sekali makan kerang-kerang yang berukuran besar seperti triton. Ikan ini sanggup memecahkan cangkang kerang-kerangan tersebut dengan mudah untuk diambil dagingnya. Bunyi gerusan mulutnya ketika makan, sangat menarik bagi para penyelam. Kadang-kadang juga ikan besar ini mengasah giginya pada karang massif (padat) sehingga meninggalkan bekas goresan yang menakjubkan.

E. Reproduksi
    Seperti layaknya ikan karang yang lainnya, ikan napoleon juga terlahir dengan jenis kelamin jantan atau betina namun ikan ini tergolong hewan yang unik dari sisi siklus hidupnya. Ikan napoleon termasuk dalam binatang hermaprodite protogynus, yang berarti mereka dapat berubah jenis kelamin dari betina ke jantan. Tahap ini terjadi pada saat ikan napoleon menjelang usia dewasa, usia dewasa atau kematangan seksual terjadi ketika ikan ini berusia 5-6 tahun atau berukuran 35 - 50 cm (Choat et al., 2006). Perubahan jenis kelamin dari betina ke jantan ini diperkirakan untuk mempertahankan jumlah jantan yang ideal dalam populasi untuk rnembuahi betina-betina yang ada dalam populasi guna menjamin kelangsungan hidup atau pola reproduksi jenis ini (Cohn, 2010). Namun, hingga saat ini bagaimana proses perubahan kelamin terjadi masih belum dapat terjawab oleh ilmu pengetahuan. 

    Betina mulai mengalami matang gonad pada umur enam tahun (Choat et al., 2006). Seperti ikan karang jenis lainnya, ikan napoleon dewasa juga melakukan pemijahan (spawning) di perairan yang berkarang pada waktu-waktu tertentu dan di lokasi-lokasi tertentu setiap tahunnya (Russel, 2001). Lokasi pemijahan umumnya dilakukan di perairan yang bekarang pada saat terjadinya pasang surut air laut yang menyebabkan arus air laut kencang (Colin, 2010). 

    Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemijahan juga sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain musim, bulan terang atau gelap (lunar phase), suhu air (Domeier & Colin, 1997), pola arus dan geomorpologi dan topografi perairan yang ada di lokasi tertentu (Russel, 2001). Kondisi perairan (arus dan ombak) di tiap lokasi berbeda satu sama lainnya dan ini sangat dipengaruhi oleh musim (seasonal monsoon) yang terjadi di masing-masing wilayah. Kadang disatu tempat pada musim barat di wilayah tertentu akan terjadi ombak dan arus yang kuat dan suhu air laut (panas atau dingin), sedang di wilayah lain malah terjadi kebalikannya laut tenang. Kondisi laut disatu wilayah juga sangat ditentukan oleh gaya tarik bulan (bulan terang atau gelap). Oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang cermat untuk menentukan kapan dan dimana Ikan napoleon akan memijah. Perairan satu dengan perairan lainnya akan berbeda satu sama lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN PERIKANAN